Bagi
gue. Malam ini adalah malam penuh keajaiban. Hari ini merupakan hari penuh
kesempurnaan. Dan minggu ini ialah minggu yang sangat mengenangkan.
Begitu
ucapan kata pengantar modul praktikum gue yang barusan gue selesaikan.
Bagi
gue, engga ada hal yang menyakitkan dari senyuman yang diberikan oleh orang
yang telah kita lukai. Senyuman kelikhlasan dari seseorang yang telah terluka
atas apa yang kita lakukan. Entah senyuman itu palsu ataupun tidak. Tetapi gue
tetep membenci senyuman itu.
Sebuah
tindakan yang tidak menyenangkan bagi seseorang, terkadang dengan mudahnya kita
lakukan. Entah itu tidak sengaja ataupun sengaja. Banyak faktor yang membekali
atas tindakan itu, salah satunya balas dendam. Mereka yang merasa tidak terima atas
apa yang dilakukan oleh orang lain akan selalu merasa was – was dan berujung
pada tindakan balas dendam.
Perasaan
was – was sangat menjijikan jika dilihat dari segi kehidupan kita yang sudah
nyaman. Oleh karena itu, perasaan seperti itu sangat gue hindari. Tindakan
balas dendam hanya akan mengakibatkan kita jauh dari myself comfortable.
Dan
sekarang gue baru saja merasakan tindakan yang dilakukan oleh “mereka” yang
tidak menyenangkan. Gue merasa diperlakukan sedikit tidak nyaman. Hal yang
seharusnya bisa diselesaikan secara bersamaan, namun dilakukan hanya oleh
“kita”. Hal yang seharusnya tidak untuk ditertawakan, tetapi “mereka” hanya
dapat menangis melihat “kita”. Bukan balas dendam.
Latihan
Kepemimpinan.
Yapos,
gue baru balik dari acara kepemimpinan. Tepatnya gue sudah semalam bisa tidur
nyenyak di kasur gue sendiri. Empat hari tiga malam terlewati.
Walau
tidak menyenangkan. Tapi gue yakin. Ini bukan tindak kekerasan, apalagi balas
dendam. Ini hanya masalah sudut pandang dan kedewasaan. Dan “Mereka” berhasil
berubah segi tersebut dari diri “kita”.
Lelah,
capek, dan tidak semalam terasa bisa merasakan getaran nadi diri sendiri.
Dan
gue akhirnya menemukan jawaban ketidakpastian dari ke-senioritasan dalam
beberapa acara Latihan Kepemimpinan.
Argumen
dari mereka atas jawaban untuk pertanyaan “Kenapa kami dihukum seperti ini ?
Apakah setelah kami di push up dengan hitungan yang engga bisa di uraikan pake
rumus aljabar linier ini bisa menggalahkan legenda mak lampir ?”
Jawaban
mereka yang selalu tidak disertai empiris yang tepat. Mereka selalu menjawab
dengan: Ini demi kebaikan kalian semua.
Namun
dari segi yang lain, gue dapat merasakan manfaat dari tindakan mereka, yaitu
buat dua sampai tiga hari setelah selesai acara. Untuk melanjutkan kehidupan.
Bagi
anak kosts kaya gue. Tidak perlu memiliki pakaian yang terlalu banyak. Karena
keterbatasan lemari yang ada. Cukup buat kuliah, nongkrong, dan pacaran sama
Karya.
Dan
setelah ikuti acara Latihan Kepemimpinan selama empat hari. Pakaian gue ludes.
Dan dari situ gue dapat pencerahan atas manfaat dari hukuman yang diberikan
saat di acara kemaren.
Entah
seberapa banyak hukuman yang diterima. Namun gue tetep berterima kasih. Karena
dengan hukuman yang diberikan, gue jadi kuat untuk mencuci pakaian sebanyak
tiga ember besar selama tiga jam ini.
Gue
jadi bisa kuat buat nyuci tiga ember pakaian, dan bisa melanjutkan kehidupan.
Walaupun kehidupannya tetap kembali lagi ke kasur untuk membenarkan posisi
tulang belakang.
Tips:
Kalaupun kalian yang ikut acara Kepemimpinan semacem yang gue rasain ini dan
kalian masih kecapean, berarti kalian harus banyak – banyak dihukum lagi dengan
gaya ngaduk dodol. Atau kalian harus beli mesin cuci, harganya murah kok, bisa
dilihat di lapak gue di http://www.bukalapak.com/marmutmapia
.
Dan
gue promosi yang engga penting :D
And
for LKMU XIII, I say thank you for spirit to make me something.
Post a Comment