Monday, August 3, 2015

Mapia Adventure

“De, Kapan yaa kita bisa jalan-jalan bareng lagi ?”.
Pertanyaan dua tahun yang lalu itu terus teringat dalam fikiran gue. Pertanyaan dari salah satu teman kelas yang saat itu masih sama-sama bisa di tempat nongkrong belakang kelas, tongkrongan yang dibuat dengan seadanya. Yaa.. Kami memang sering mengadakan perjalanan yang kami anggap itu sebuah petualangan, Adventure.

Adventure kami ini bukan perjalanan saat jam-jam pelajaran, bukan juga perjalanan dengan menghentikan mobil tronton di tengah jalan raya, tapi kami melakukannya dengan kesadaran bahwa status kami adalah pelajar yang harus belajar dimana pun kami berada. Yaa, kami melakukannya Adventure-adventure ini ketika liburan atau ketika pulang sekolah. Alim Sekali.
Bagi kami, bukan hanya belajar ‘Formal’ yang dibutuhkan di masadepan, tapi setiap moment pastilah ada hal yang bisa di jadikan suatu pembelajaran, seperti halnya yang kami lakukan ini, kami selalu pulang dengan keadaan lemas dan senyum yang tersemat di bibir kami. Sambil seraya kami berjalan pulang ke rumah masing-masing, ketika itu pula ada sesuatu yang tercerna dalam benak kami, “Puas”.
Walaupun umur kami saat itu masih dalam pengawasan orang tua, sebagai mana pelajar pada umumnya, namun kami selalu memiliki tekad bahaw kami juga manusia yang mempunyai ke-egoisannya tersendiri, ada hasrat yang harus kita penuhi, hasrat yang tidak mungkin orang tua kami tahu.
Yang kami lakukan hanyalah berkunjung ketempat-tempat populer yang ada di daerah kami. Bukan untuk mempotret diri sendiri dengan bertalar belakangkan tempat yang eksotis, namun kami hanya ingin tau, daerah kami sendiri itu sebenarnya seperti apa. Mencari fakta, agar kelak suatu saat nanti jika kami merantau, kami tau dan dapat menceritakan bahwa ada keindahan yang tersimpan dibalik kata Indramayu.
Bukan, kami bukan traveller yang selalu mengaitkan kamera DSLR di lehernya, kami juga bukan penjelajah tempat-tempat untuk dapat berkata “Aku sudah ke tempat itu, loh”. Kami hanya pelajar buangan biasa yang sudah muak dengan “Ketenaran” dalam dunia pendidikan kala itu. Untuk itu kami mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan sekolah dengan cara “baik-baik” kami sendiri.
“Ketenaran” yang selalu mendongkrak popularitas sesuatu yang sedang tenar. Seperti adanya infotaiment dalam sekolah, bermacam Skenario dibuat agar terlihat menjadi tontonan yang menarik. Seolah ada sebuah nama yang harus dilambungkan nama baiknya kala itu. Setiap kabar tidak baik yang terjadi di kesampingkan dan tak dipedulikan, seolah-olah takut kalo kabar tersebut menjadi topik utama mengalahkan sang “Ketenaran”. Segala macam Skenario tak tertulis bergulir didalam sekolah. Lalu, bagaimana dengan kami yang tidak tersentuh sekenario itu? Tersentuh jika dalam hal kuantitas, dan mereka menyebut kami “Siswa”. Manusia berseragam yang harus tunduk pada ‘Dewa’.
Mereka tau, sesuatu yang sedang dalam perbincangan harus menjadi pusat perhatian agar Popularitas tidak terancam hilang. Sesuatu bisa meningkatkan ‘citra’ harus dijaga dan dimaksimalkan. Lalu, berapa banyak orang yang bisa mengembangkan citra tersebut? Tidak banyak, dan mereka sangat fokus dengan “Tidak Banyak” itu, sehingga mereka tidak menyadari kalo yang seharusnya mereka fokuskan ialah menjadikan kata “Tidak Banyak” menjadi “Semua”.
Mereka sudah tau, dan sulit disadarkan. Karena popularitas memanglah penting. Terus apa yang bisa, kami yang tidak ada dalam kata “Tidak Banyak”, itu bisa lakukan?  Sementara mereka sibuk dengan apa yang sedang ramai di bicarakan saja. Tidak Di Anggap!
Lantas, adakah kata yang lebih sopan dari kata “Membangkang” ?
Kami harus membuat Skenario sendiri.
Kami melakukan Adventure ke tempat-tempat yang tentu saja belum semua diantara kami mengetahui, hanya satu dua orang diantara kami saja yang mengetahui tempat itu. Mereka bisa dijadikan sebagai Tour Guide bagi kami yang baru pertama kali ke tempat itu. Bukan Ekspedisi, Bukan. Kami terlalu cemen untuk kata seperti itu.
Setiap tempat yang kami kunjungi mempunyai kesan tersendiri. Dari hal yang menakutkan, menjijikan, memalukan, dan yang jelas hal-hal kekonyolan.
Kami merasa puas…
Karena bagi kami saat itu, salah satu cara menghilangkan stres dalam rumah adalah, pergi dan tertawa bersama.
Untuk cerita-certita tersebut, kami selalu menuliskan nya dalam blog khusus : Blog Mapia

Hahaha, cemen memang. Perjalanan kami tidak ada tantangan sedikitpun, tidak ada seru-serunya dibandingin perjalanan naik gunung berpuluh-puluh mdpl. Tapi balik lagi, kami hanya siswa buangan biasa yang mencoba membuat Skenario kami sendiri :) .

Post a Comment