Sunday, January 24, 2016

The Chance In Indonesian !




Perubahan ya? Di Indonesia ?

Selama 10 tahun terakhir ?!

Duh, gue ada di mana ya selama 10 tahun terakhir ini.





Gue Asli orang Indonesia. WNI Tulen. Dan belum memiliki Passport, tapi kalo adiknya Passport sih banyak gue miliki, yang buat login – login gitu.

Jangankan Passport yang berarti kita pernah keluar negeri, keluar pulau aja gue belom pernah. Hidup gue engga jauh-jauh dari pegunungan dan pesisir pantai di Jawa.

Sorry gue curhat dulu. Biar agak rileks dan engga grogi ngomongin masalah yang bagi gue berat. Perubahan Indonesia selama 10 tahun terkahir.



Saat ini gue sedang menggeleluti dunia pendidikan di sebuah Universitas di Jakarta. Jurusan kuliah gue Teknik Informatika. Salah satu jurusan yang seharusnya lulusan dari jurusan ini harusnya menjadi pelopor dalam dunia teknologi dalam negeri.

Dengan semangat itu jugalah gue tertarik dalam dunia Teknik Informatika ini. Walaupun secara nalar bisa diprediksikan akan maju dunia informatika di Indonesia dengan banyaknya lulusan dan makin menjalarnya kampus-kampus yang berpedoman pada bisang IT. Dengan begitu semakin banyak juga orang – orang yang paham dengan teknologi yang seharusnya bisa membuat Indonesia berkembang dalam dunia IT nya.

Tapi sekarang kenyataannya gimana ?

Banyak sarjana lulusan IT ini malah sering di rumor kan dengan “Banyak saingan setelah lulus”. Kenapa engga dikumpulin dan disatukan untuk mencoba perubahan pada bidang Informatika Indonesia ?



Sebelum gue masuk kuliah dan menekuni dunia IT ini juga sudah banyak rumor yang sepadan seperti itu. Banyak saingan, nanti susah nyari kerja, nanti ijazahnya percuma, nanti susah cari pasangan, nanti susah kawin, nanti susah sunat, nanti mati, nanti dan nanti.

Iya benar, semua itu akan terjadi! Susah nyari kerja, sulit untuk hidup dan bakal mati. Karena ini hidup, bukan permainan dota.



Start Up di Indonesi memang sedang berkembang pesat. Ini ditandai semakin banyaknya Online Shop yang menggunakan aplikasi – aplikasi berbasis Web maupun mobile. Semakin menjamurnya bisnis data di Indonesia. Yang awalnya semua kebingungan darimana mendapatkan uang dengan hanya duduk didepan laptop sampai pada akhirnya sekarang semua tau itu semua bisa terjadi!

Yaps, Youtubers kini sudah kaya raya.

Mereka hanya bermodal laptop dan akun populernya untuk promosi. Dan semuanya bisa tertuju pada apa yang dilakukannya. Hanya berpapasan dalam data dan berbincang dalam senyum.

Walau intensitas Blogger sekarang jauh lebih menurun perkembangannya karena makin maraknya Media Sosial, namun para blogger ternyata masih hidup. Karena apa ? karena mereka masih bisa bernafas hahaha.

Sorry gue becanda.



Sekarang, 2016, gue semester 4. Berarti 10 tahun yang lalu gue… hmmm.




Entah mungkin karena daerah gue yang terlalu pedalaman atau terpinggirkan, tapi kenyataannya dunia teknologi pada saat itu sangat sulit untuk digapai. Masih banyak warung – warung yang menjual mainan seperti kartu bergambar, kelereng, dan chiki – chiki yang berhadiah gangsing. Setiap sore juga masih sempet berkumpul bersama anak – anak sebaya untuk beradu skill dalam lapangan bertribun pesawahan yang selesai dipanen.

Dunia IT dalam masa itu memang belum terasa, apa karena pada waktu itu gue masih kecil ya ?

Ah kayanya engga juga, anak kecil sekarang udah sering jajan diwarnet kok, bukan beli chiki – chiki berhadiahan lagi.


Satu – satu nya yang menurut gue pada saat itu teknologi banget adalah adanya Playstation. Dan gue masih selalu inget memory 8 MB yang serasa bisa menyimpan semua nya.



Pas gue lulus SD, gue diberi satu syarat agar gue dan temen – temen yang lain mau memberikan dana iuran untuk menebus ijazah SD gue. Iuran itu sebesar seratus ribu rupiah, dan itu untuk patungan membeli komputer.

Bayangin, untuk membeli satu unit komputer saja harus merogoh kocek dari siswanya. So poor for tecnology.

Mungkin kalo bapak kepala sekolah SD gue baca ini, gue jadi orang yang paling di carinya. Hahaha.



Perubahan terasa setelah gue lulus SD. Tahun 2008. Satu persatu anak – anak meminta membeli Nokia. Yang pada akhirnya para bapak harus lebih keras lagi menangkap ikan agar bisa menuruti anaknya bertemu dengan si Nokia.

Pada saat gue SMP, anak – anak pada masa itu belum merasakan bahagianya bermain handphone sendiria. Mereka masih sering berkumpul dan bermain bola bersama di lapangan kebanggan mereka, tanah bekas garapan sawah.

Walapun pada masa 2010 itu sudah cukup modern, warnet sudah mulai bejibun dan warung sudah sering protes adanya Alfa Mart, tapi intensitas pengguna handphone masih bisa dikendalikan. Ini karena jaringan yang ada pada saat itu hanya 3G. Cukup sih buat update status alay di facebook mah.

Dari pergaulan SMP yang sering ngotak ngatik APN dari operator waktu itu gue semakin tertarik dengan dunia teknologi yang pada ahirnya gue terjerumus beneran di dunia IT dengan masuknya gue ke sebuah SMK berbasis IT.

Karena berbasiskan IT dan jurusan SMK gue juga IT, gue makin mengenal bagaimana dunia IT, walaupun pada saat SMK keahlian gue itu bisa download video bokep yang di blokir pemerintah sih, tapi setidaknya ada perkembangan kan?

Entah perkembangan negatif atau positif.

Kalian bisa menilai sendiri dengan mengikuti perkembangan yang kalian rasakan sendiri.

Dan sekarang ?

Selfie, Free Call, semuanya tanpa batasan.

Gara – gara media sosial kita jadi kaya zombie, lagi ketemu aja malah sibuk sendiri. Boro – boro maen bola bareng, boro – boro maenan gundu lagi, nongkrong keluar rumah aja kagak. Jemput aja udah pada susah. Kadang mau, eh engga berani ngetuk pintu malah ngetuknya keypad handphone.



Ini juga pukulan bagi gua sebagai calon sarjana komputer. Sebagai orang yang berkaitan dengan informatika.

Bermata dua memang, baik dan jahat, sudah tak ada batasnya, sulit dipisahkan.



Benar atau salah, lakukan atau tidak, kita lihat konsekuensi sang maha kuasa.

Post a Comment