Lepas
seragam bukan enak seperti yang di difikirkan, tapi malah sebaliknya.
Dulu,
saat masih berseragam, kita kerap berfikir ini lah proses pembully-an secara masal. Karena pada saat
kita berseragam kita akan terlihat satu oleh orang yang memimpin kita. Kita akan
bisa seenaknya di apakan saja oleh mereka, orang – orang di atas kita. Karena seragam
adalah tanda kita mau tidak mau harus menuruti sang tuan.
Yap,
waktu di STM dahulu, kita setiap hari di seragam kan dan bahkan ada satu hari
dimana kita di seragamkan dengan seragam yang siap perang, sepatu hitam tak
beralas licin, celana bahan menguntai, baju ijo kedodoran yang harus dimasukan
kedalam celana, muka dibikin lecek, rambut di ukur – ukur, bertopi namun tetap
panas. Yaaaa, semua nya itu karena berseragam.
Namun
sekarang, kami sudah tak lagi berseragam, kami bebas dari tuntutan itu semua,
kini kami hidup layaknya tak adalagi sang raja, kami bisa hormat dengan cari
kami sendiri, bukan dengan cara menempelkan tangan di pelipis alis kanan.
Sekarang
kami bebas!
Dan
kami tak berseragam.
Kami
masuk ke dalam golongan manusia yang menjalani kehidupan bertopang pada satu
insan bernama “Dosen”. Mereka adalah yang mempunyai hak penuh atas apa yang
akan terjadi pada kami, manusia tak berseragam. Kami punya mimpi, dan kami di
jejalkan apa yang bukan mimpi kami!
Sekarang,
kehidupan kami dalam beberapa waktu akan di renggut olehnya untuk begadang dan
bolak balik mondar mandir kesana kemari menuju hal yang sebenarnya gampang saja
dilakukan, tanda tangan.
Dan
di malam ke limabelas bulan ramadhan ini, masih saja kami harus mengorbankan
waktu kami yang seharusnya bisa lebih bermanfaat dalam keagamaan, untuk
begadang dan melakukan hal yang kalian pinta, yang lagi-lagi itu tidak ada di
draft mimpi-mimpi yang telah kita rangkai.
Tak
berseragam, kami memang tak berseragam, tetapi bukan berarti kami berbeda, kami
semua sama, Manusia!
Kami
tau apa yang dimakan Kemandirian, yaitu tidak harus selalu sendiri! Kami manusia
sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, tidak selamanya kami dipisah.
Di
sini kami sadar akan bagaimana kami dulu pernah memakai seragam yang sama dalam
sebuah kelompok bernama “Sekolah”. Dari sini kami mengerti arti dari seragam
itu. Yap, bukan hanya pakaian atau fashion
semata, tapi kami sadar dalam kalimat seragam ada maksud lain, yaitu
seragam == sama.
Sama,
dari sini kami sadar jika arti sama itu bukan kami di samakan untuk dapat di
bikin robot masal yang akan dengan gampangnya menurut pada sang tuan. Tapi arti
dari sama itu, kami tau, yaitu kekompakan, saling membantu, satu sama lain.
Tidak
seperti kami sekarang yang tidak memakai seragam, tidak akan bisa menjadi satu,
kecuali kami memiliki ego dan tujuan yang sama, dan itu susah!
Susah
untuk kompak apalagi membantu satu sama lain, semua akan ingin menang sendiri, Bullshit jika kami mengaku tak mengenal
apa yang dinamakan politik.
Kami
sadar, dan kami ingin merasakan berseragam dalam arti sebenarnya.
Indonesia
Beragam…
Indonesia,
Berseragam..
Post a Comment