Ramadhan…
Ramadhan…
Ramadhan…
Marhaban
yaa Ramadhan…
Bulan
suci penuh ampunan…
Bulan
penuh berkah…
Ramadhan…
Ramadhan,
Bulan yang biasa – biasa saja bagi sebagian mereka yang seharus nya tau itu tak
biasa, Bulan yang melelahkan bagi mereka yang seharusnya tau mereka harus lebih
semangat menjalani hidup, Bulan yang merepotkan bagi mereka yang terbiasa nya
kehidupan instan. Ramadhan, tidak semua bisa merasakan maknaMu.
Hampir
semua orang sibuk mempersiapkan diri dan sarana untuk keperluan Ramadhan.
Merenovasi masjid, menyiapkan menu-menu berbuka, siap-siap masang alarm untuk
sahur, membuat kentongan untuk pawai tiap hari menjelang sahur, semua nya harus
dipersiapkan. Dari anak – anak sampai semua orang dewasa begitu bersemangat
menyambut bulan yang penuh berkah ini, semua orang menganggap ini bukan bulan yang biasa, untuk itu
mereka harus mempersiapkan semuanya.
Tapi,
disini, semua orang sibuk dengan pekerjaan nya masing-masing, seolah tak peduli
dengan bulan Ramadhan. Seminggu sebelum Ramadhan datang tak ada kegiatan yang
mencerminkan untuk menyambut bulan penuh berkah ini, Musholla masih seperti
biasanya —Masih dipenuhi dengan kakek-kakek tua— yang setia dengan sujudnya.
Lalu lalang mobile transportasi masih sibuk dengan di tandai suara bisingnya. Semuanya,
seperti tak menganggapnya ada. (Ramadhan).
Tak
semua nya bisa merasakan berkah-Mu di bulan yang suci ini.
Namun,
disini baru terlihat berbeda saat Ramadhan datang, meski awalnya seperti banyak
yang acuh dan tak ada yang mempersiapkan Ramadhan ini, tapi ketika saat nya
datang, mereka berubah, siap menghadapi Ramadhan. Hahaa.. yap, aku memang baru
disini, mungkin disini berbeda dengan daerah ku disana, yeah, jauh berbeda,
untuk itu aku menilai seperti apa yang aku katakan tadi namun ternyata salah,
mereka jauh lebih siap dan mungkin sudah dianggap biasa Ramadhan datang
sehingga mereka akan siap saat Ramadhan datang, seolah – olah mereka siap kapan
pun jika Ramadhan datang kapan pun juga.
Musholla
penuh, Masjid pun kini dibanjiri masyarakat sekitar yang ingin bersujud di
sajadahNya. Jalan-jalan setiap sore pun padat, tidak sepadat biasanya. Yang
biasanya padat karena ingin cepat sampai di rumah, namun kali ini padat karena
mereka ingin menikmati sore bersama orang-orang yang mereka sayangi. Terlihat
bapak-bapak sangat Romantis mengayuh sepeda di jalan perumahan yang mewah ini,
terlihat pula ada orang chinese sedang
berlari lari sore dengan anjingnya yang mungkin sudah menjadi kebiasaannya,
namun sekarang berbeda, orang itu terlihat sangat ceria karena melihat begitu
ramainya di daerah itu, tidak seperti hari-hari biasa dia berlari.
Ramadhan
datang membawa keceriaan…
Setiap
orang pastilah mempunyai kesannya masing-masing terhadap suatu momentum, tak
terkecuali momentum Ramadhan ini. Tidak seperti Ramadhan sebelumnya, Ramadhan
kali ini sangat bermakna bagi aku. Ramadhan yang memberi banyak pelajaran,
memberi banyak hidayah.
Melihat
banyak nya kegiatan penuh senyum di bulan Ramadhan di sekitar tempat aku
ngekost, aku juga mempunyai kegiatan luar biasa di bulan Ramadhan ini. Yaps,
Ramadhan kali ini bagi aku berbeda dengan Ramadhan-ramadhan yang lainnya.
Ramadhan kali ini aku bisa lebih di beri kesempatan untuk belajar memperbaiki
aqidah dan akhlak-akhlak untuk dapat memperbanyak ibadah di bulan yang penuh
berkah ini. Ramadhan oh ramadhan, Terimakasih.
Walau
ini bukan seperti aku, tapi aku yakin ini lah aku yang sesungguh nya. Walaupun
terasa aneh dengan bersikap berbeda, tapi mungkin ini adalah awal agar bisa
menemukan jati diri sebagai aku sebenarnya. Tantangan berat dengan tujuan luar
biasa pada Ramadhan kali ini. Masjid menjadi tempat persemayaman, menyiapkan
acara beberapa kegiatan mendukung beribadah di bulan Ramadhan, mendekat kan
kepada masjid. Subhanallah.
Walaupun
harus meninggalkan beberapa kebiasaan, tapi mungkin inilah tantangannya. Tidak
seperti hal nya tahun-tahun sebelumnya yang setiap sore gatel untuk berjalan-jalan
menikmati menunggu waktu berbuka, Ramadhan kali ini berbeda, Masjid menjadi
tempat yang sangat di rindukan pada saat-saat seperti itu. Bukan tidak ada
kendaraan karena aku tidak di rumah, bukan juga karena membutuhkan makanan
gratis yang disediakan masjid, tapi ada sesuatu kerinduan yang lebih besar dari
itu semua, seperti sekarang, aku sudah tak bisa lagi ke masjid itu, aku
merindukannya.
Dan
kebiasaan yang mungkin akan hilang pada tahun ini, bakal lebih berdiam diri
merenungi arti perpisahan dengan semua teman masa SMK yang kini sudah tak bisa
berjumpa. Resiko anak SMK yang memang ketika lulus kebanyakan diharuskan
bekerja dan akan terikat oleh suatu instansi, itu memungkinkan untuk tidak bisa
bertemu pada tahun ini. Merenungi perpisahan. Tapi, kita semua harus mengakui
rasa rindu ingin berjumpa dengan seorang sahabat. Dan kita harus berjuang
terlebih dahulu dijalan masing-masing agar bisa bertemu suatu hari nanti,
dengan senyuman lebar, sukses J.
Banyak
keluarga, tak bisa bertemu, banyak juga yang tak bisa dipertemukan!
Aku
merasa berdosa, bersalah tak bisa berilaturahmi langsung dengan mereka. Aku
sombong, aku egois hanya memikirkan diri sendiri!
Mereka
jauh, mereka terlalu tinggi untuk aku capai sekarang.
Mereka
terlalu membuat aku terlihat menyedihkan.
So,
banyak Kesan, pesan dan berbagai desahan yang tercipta dalam Ramadhan ini. Luar
biasa Ramadhan!
Ramadhan,
mungkin kini engkau akan pergi dan aku belum bisa melakukan apa-apa. Masih tertata
tata dalam berjalan untuk meraih ridha Nya.
Tapi
Ramadhan, pilih lah aku menjadi salah satu yang bisa bertemu engkau di tahun
depan J.
Post a Comment